Data Diri

Tidak banyak yang bisa saya tuliskan tentang diri sendiri, karena pada dasarnya saya bukan orang yang senang membeberkan kehidupan pribadi. Namun jika  untuk sekedar profil diri layaknya curriculum vitae ,  maka saya tidak terlalalu keberatan. Dan tulisaan pendek mengenai data diri adalah postingan yang pas untuk memulai sebuah blog, dan memulai sebuah semester. Tulisan ini merupakan salah satu alasan mengapa saya memngaktifkan blog ini. Sebagai tulisan pertama, saya harap bisa memberi kesan baik layaknya perkenalan pertama yang membekas.

Saya sejak lahir diberi nama Hanifah Nurdani. Orang-orang, keluarga, teman bisa memanggil dengan mencomot beberapa suku kata dari kata pertama. Hanifah, Hani, Ifah, Ipah, Hanif, demikian orang-orang memanggil saya. Saya tidak terlalu ambil pusing, selama tidak melenceng jauh dari nama saya dan tidak mengandung sarkasme apalagi hinaan.

Saya perempuan, generasi sembilan puluhan yang pada detik ini berada di usia mula kepala dua.  Dilahirkan dan tinggal bertahun tahun di kabupaten Bojonegoro tidak membuat saya lantas mengenal baik kampung halaman itu. Maklum, saya anak rumahan yang dari SD sampai SMP bisa menjangkau sekolah dengan jalan kaki. Kegiatan saya pun selama itu hanya berkutat pada rumah dan sekolah, seolah tidak ada tanah lain yang bisa saya jejaki.

Selepas lulus SMA, saya masuk ke universitas prestisius yang memberi fasilitas blog ini – UGM – dengan susah payah. Susah payah,  karena saat itu saya sudah hampir putus asa dan menyerahkan hidup pada rencana C.  Saya bersyukur sekali bisa masuk di sini, meskipun harus saya akui bahwa saya salah pintu jurusan. Well, dengan terpaksa saya memang harus menikmatinya. Melihat banyak orang yang bernasib kurang beruntung, sudah semestinya  saya harus tetap banyak bersyukur. Jurusan rekam medis yang saya ambil berada di prioritas kedua, saya pilih seperti tanpa sadar.

Meskipun mengambil jurusan yang tidak sesuai passion setidaknya saya menemukan bayak teman yang senasib. Tidak hanya satu, tapi banyak! Kami semua salah jalur.  Namun saya yakin, di setiap langkah, apapun itu meski dalam ketersesatan, Tuhan selalu memiliki maksud. Dan mungkin, salah satu dari maksud Tuhan memasukkan saya ke lubang ini adalah bertemu dengan teman-teman ini. Sekali lagi, ini salah satu dari sekian banyak alasan untuk tetap bersyukur.

Maka di sinilah saya sekarang. Bertahan di lubang ini, berjuang hingga sampai di semester ke empat. Akhirnya sayapun terpaksa menikmatinya, dan alhasil kurang lebih tinggal setahun lagi masa studi di tempat ini akan berakhir. Ya, saya tidak berharap menambah masa standar yang ditetapkan, meski saya memiliki teman-teman yang menyenangkan. Cukup tiga tahun, sehingga saya bisa menentukan arah hidup saya selanjutnya, apakah mau lanjut dengan disiplin ilmu yang saya geluti dengan :awal yang terpaksa” atau mau berbalik arah. Saya harus cepat-cepat menentukannya sebelum terlalu tua untuk itu. Meskipun banyak orang bilang tidak ada kata “terlalu tua” untuk belajar, saya meyakini bahwa menyadari lebih awal jauh lebih baik.

Saya yakin akan merindukan masa-masa kuliah di kampus kerakyatan  ini suatu hari nanti. Meski diawali dengan keterpaksaan, setiap hal akan menjadi memori yang tak terlupakan. Menjadi alamamater UGM tentu membanggakan terlepas dari suka tidaknya saya pada disiplin ilmu yang sudah saya pilih. Dengan begitu, saya bisa terus meyakinkan diri bahwa tidak akan menyesal.

Setiap hal yang terjadi, detik ini, yang lalu dan yang akan datang  memiliki  rasa, bau dan bentuknya sendiri. Semua bentuk, bau, rasa itu akan memaksa kita untuk memanggilnya kembali, suatu hari.
13/351393/sv/04320

Leave a Reply

Your email address will not be published.